Guru SMA Yang Imbau Tak Pilih Ketua OSIS Non-Muslim Harus Ditindak Tegas

 

Barusan beberapa hari lalu, ada sebuah survei yang menyebut sekitar 63 persen guru terdekteksi memiliki opini intoleran (secara eksplisit/menggunakan kuesioner) terhadap pemeluk agama lain. Sedangkan kalau diukur secara implisit, sebanyak 56,9 persen guru memiliki opini intoleran terhadap pemeluk agama lain. Saya tidak tahu, apakah survei ini kredibel atau tidak, tapi yang jelas, pengajar yang intoleran pasti ada. Baik dari tingkat sekolah hingga perguruan tinggi. Kita sudah sering melihat mereka yang diciduk akibat postingan yang mengarah ke intoleransi.

Bukti lainnya adalah, baru-baru ini seorang guru SMA Negeri di Jakarta Timur memberikan imbauan bernada SARA kepada murid-muridnya terkait pemilihan ketua OSIS (Organsasi Siswa Intra Sekolah).

Guru berinisial TS itu meminta murid-muridnya untuk tak memilih ketua OSIS yang non-muslim. Foto permintaan bernada SARA guru itu di grup WhatsApp pun viral di media sosial. Guru ini adalah guru pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMA Negeri tersebut.

Saya sudah tahu akan hal ini di media sosial, cuma masih ragu menuliskannya karena masih menunggu validitas isu ini. Dan ternyata media mainstream pun sudah memberitakan, yang artinya isu ini adalah benar dan bukan hoax.

Sang guru intoleran ini sudah diperiksa dan diberi pembinaan oleh pihak sekolah serta Dinas Pendidikan DKI Jakarta.

Isi pesannya adalah sebagai berikut.

"Assalamualaikum…hati2 memilih ketua OSIS Paslon 1 dan 2 Calon non Islam…jd ttp walau bagaimana kita mayoritas hrs punya ketua yg se Aqidah dgn kita."

"Mohon doa dan dukungannya utk Paslon 3."

"Awas Rohis jgn ada yg jd pengkhianat ya," demikian isi pesan pelaku di grup tersebut.

Sanksinya apa? Bagusnya sih ditindak tegas atau diberhentikan saja. Guru tidak bener ini. Gimana kualitas muridnya kalau gurunya aja mengajar sesuatu yang tidak pantas dan menjijikkan. Dan ini bukan hanya satu orang. Bayangkan, 1 persen saja dari keseluruhan guru seperti ini, sudah gawat dan sangat memprihatinkan.

Kabarnya Dinas Pendidikan DKI Jakarta yang akan menentukan dan memberikan sanksi terhadap pelaku. Saat ini, belum bisa memastikan apakah pelaku masih aktif mengajar atau tidak.

Seperti yang tadi dikatakan, kalau mau bikin efek jera yang bergetar-getar, silakan berhentikan saja langsung. Yang lebih lucunya lagi, guru ini ngajarin budi pekerti kepada para siswanya. Luar biasa.

Budi pekerti sang guru aja amburadul dan tidak layak dicontoh. Guru intoleran tapi ngajarin budi pekerti. Harusnya guru ini yang diajari budi pekerti dan etika. Otaknya diberesi dulu. Milih ketua OSIS ya harus sesuai kompetensi dan kemampuan, bukan karena agama. Jangan apa-apa harus seiman dan seakidah. Nanti yang tidak layak (atau bahkan bodoh) malah terpilih hanya karena masalah seiman. Guru ini kayaknya masih buta dengan apa yang terjadi saat pilkada DKI 3 tahun lalu.

Mungkin, kalau bisa, Mendikbud harus melakukan revolusi besar-besaran di bidang pendidikan. Salah satunya adalah memperbaiki kualitas pengajar yang bermental NKRI, bukan yang otaknya hanya memikirkan agama sampai mabuk agama. Yang tidak bisa dibina, silakan disingkirkan saja. Generasi muda yang diajar oleh guru seperti ini hanya akan menjadi bom waktu di masa mendatang. Kompetensi guru harus dievaluasi ulang.

Kalau tidak, akan ada penilaian yang subjektif dalam hal apa pun. Bahkan akan muncul diskriminasi berdasarkan SARA. Bodoh tidak masalah, yang penting seiman. Yang seiman lebih dihargai. Yang seiman akan mendapatkan nilai yang lebih baik. Yang seiman lebih diprioritaskan dalam bidang apa pun. Yang seiman lebih disayang guru, sedangkan yang tidak seiman dicuekin. Yang seiman lebih dibela.

Apakah hal seperti ini harus dibiarkan begitu saja? Lihat pilkada DKI, pemimpin seperti apa yang dihasilkan? Yang tidak becus bekerja, tidak visioner, wacana banyak yang tidak terkesekusi dengan baik, lebih fokus pada hal-hal receh yang tidak begitu penting bagi kemajuan DKI.

Intinya guru ini gak bener. Sangat tidak layak jadi guru. Guru pilih kasih, diskriminatif, pakai sentimen agama pula. Sungguh tindakan yang tak termaafkan.

Bagaimana menurut Anda?

https://megapolitan.kompas.com/read/2020/10/27/08303091/imbauan-berbau-sara-seorang-guru-sma-negeri-di-jakarta?page=all#page3

Komentar

  1. Guru kalau dulu di terjemahkan wajib di gugu dan di tiru atau semua petuah , nasihat merupakan hal yang wajib dijadikan dasar pribadi dan perilaku para murid apalagi guru di bidang agama dan budi pekerti kemudian kalau gurunya nyimpang maka murid pun akan dipertanyakan ibarat guru kencing berdiri murid kencing berlari jadi dalam ini adalah bijaksana kalau ada guru seperti tsb diatas diberikan sangsi dan di bina agar dapat menjadi contoh pada dunia pendidikan di negara kita.

    BalasHapus
  2. Guru kalau dulu di terjemahkan wajib di gugu dan di tiru atau semua petuah , nasihat merupakan hal yang wajib dijadikan dasar pribadi dan perilaku para murid apalagi guru di bidang agama dan budi pekerti kemudian kalau gurunya nyimpang maka murid pun akan dipertanyakan ibarat guru kencing berdiri murid kencing berlari jadi dalam ini adalah bijaksana kalau ada guru seperti tsb diatas diberikan sangsi dan di bina agar dapat menjadi contoh pada dunia pendidikan di negara kita.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kesabaraan pemuda batak sedang di uji ormas radikal, pemuda batak bersatu melawan perusak tatanan budaya batak.

Resmi!! Megawati Sudah Putuskan PDIP Dukung Ahok

Ketika Jokowi ‘Gila’ dan Ahok ‘Bajingan’, Skenario Singapura atas Indonesia Gagal